Jumat, 30 November 2012

Strategi Penjualan Untuk Menarik Minat Pelanggan

strategi penjualan 200x200 Strategi Penjualan Untuk Menarik Minat PelangganDalam berbisnis, masalah penjualan sering menjadi fokus utama para pelaku usaha. Tanpa adanya strategi penjualan yang baik, maka bisa dipastikan omset yang diterima pelaku usaha pun juga ikut berkurang. Tidaklah heran bila banyak pelaku usaha yang sengaja melakukan berbagai strategi penjualan untuk meningkatkan pendapatan utama mereka setiap bulannya.
Sampai saat ini, masih banyak pelaku usaha yang sering mengalami kesulitan dalam menarik minat pelanggan. Sehingga sebagian besar bisnis mereka memiliki transaksi penjualan yang cenderung belum stabil, bahkan bisa dikatakan lebih sering minus (rugi) karena biaya operasionalnya lebih tinggi dari omset yang didapatkan.
Lalu, bagaimanakah caranya agar kita dapat menarik pelanggan? Pada dasarnya ada berbagai strategi pemasaran yang dapat kita coba, mari kita simak  tips pemasaran berikut ini :
  • Informasikan keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh konsumen dari produk Anda.
    Informasi tersebut menjadi salah satu senjata bagi Anda untuk mendorong ketertarikan konsumen dengan penawaran yang disampaikan. Berikan bukti nyata kepada konsumen mengapa mereka perlu membeli produk Anda.
  • Publikasikan program-program promosi yang Anda lakukan.
    Penawaran promosi seperti diskon potongan harga, buy 1 get 1 free (beli 1 gratis 1), atau pemberian hadiah khusus bagi para konsumen setia, merupakan ajang bagi para pelaku usaha untuk menjaring konsumen sebanyak-banyaknya. Karena itu jangan pernah lupa menginformasikan kegiatan promosi yang Anda laksanakan, kepada khalayak ramai.
  • Bagikan contoh produk gratis kepada konsumen.
    Dari sampel gratis yang diberikan, secara tidak langsung akan mendorong para konsumen untuk ingin mengetahui dan mengenal lebih jauh lagi tentang produk yang Anda tawarkan. Dan tidak menutup kemungkinan bila banyak konsumen yang akhirnya membeli produk Anda setelah mendapatkan sampel gratis.penjualan produk 200x128 Strategi Penjualan Untuk Menarik Minat Pelanggan
  • Buatlah program khusus untuk membangun loyalitas konsumen.
    Pelanggan setia adalah aset paling penting bagi para pelaku usaha untuk menjaga kestabilan penjualan. Karena itu membuat program khusus bagi para pelanggan setia Anda, menjadi salah satu cara untuk mempertahankan loyalitas mereka. Sehingga pelanggan Anda tidak pindah ke  produk lain. Misalnya saja dengan memberikan produk gratis bagi konsumen Anda yang berulang tahun, mengadakan kegiatan menarik seperti jalan sehat bersama atau mengadakan acara mudik gratis bersama bagi para pelanggan setia Anda. Kegiatan seperti inilah yang diadakan produsen susu anline, teh sariwangi, indomie, dll, sebagai tanda terimakasihnya kepada para pelanggan setia.
  • Berikan inovasi baru yang belum dimiliki produk lain.
    Dengan adanya inovasi baru pada produk Anda menjadi salah satu kelebihan yang dapat Anda jadikan sebagai modal usaha. Ketika produk Anda memiliki nilai lebih dibandingkan produk lainnya, maka peluang konsumen membeli produk Anda semakin terbuka lebar. Dan penjualan pun dapat meningkat seiring bertambahnya jumlah konsumen yang tertarik membeli produk Anda.
Setelah kita mengetahui bagaimana cara menyusun strategi penjualan untuk menarik minat pelanggan, kini saatnya Anda mempraktekannya secara langsung pada bisnis yang Anda jalankan. Mulailah dari sekarang, selamat berkarya dan salam sukses!

Senin, 26 November 2012

CERITA MOTIVASI



ibuku hnya memilki satu mata. aku
bnci dia. dia bgtu memalukan.
dia memsak untuk murid dan guru.
itu pkerjaan y untuk kluarga kmi.
suatu hri ktika aq di skolah dasar,
ibu mndatangiku dan mngucap
salam pd ku
aku sangat malu dgn tmanku.

bgaimna dia bisa mlkukan ini pdku.
aku mngabaikannya, membuang
muka dan berlari kluar untuk
menjahuinya.
keesokan hrinya disekolah tmen2
seklasku berkata,
"Eehhhh.... ibumu hanya punyaa
satu mata!!!!"
aq ingin mngubur driku sendri. aq
ingin hilang bgtu saja.
jka aq dihdapkan hri itu aq ingin
berkta
"jika engkau hnya ingin aq mnjdi
bhan tertwaan, knpa engkau gk
pergi saja dri khidupan aq"
ibuku mnjawab..
aq bhkn gk berhnti sejnak untuk
berpkir ttg apa yg aq katakn, karena
aq penuh amarah.
aq mnyadari persaan amarah itu, aq
ingin kluar dri rumah itu, dan tdak
ada hubungn dgn dia.
jdi aq bljar sngat keras dan mndapat
beasiswa ke singapura untuk bljar
dsna.
kmudian aq mnikah
aq membeli rumah mewah sndri. aq
punya anak. aku snang dngb
kehidupanku skrang, anak2 istri dan
kenyamananku.
lalu suatu hri ibuku datang
mngunjungiku.
dia tak pernh mlihatku slama ini
bhkn tdak pernh ktmu dgn cucunya
dan istriku.
ktika ia berdri dipinyu, anak2ku
tertwa pdnya dn berteriak pdnya
karena datang tanpa diundang.
aq memkinya,
" btapa berani y dtang kerumahku
dan menakut nakuti anak2ku"
Kluar Dari Siniii Sekarang
dia berkta...
" Ohh... aq minta maaf. saya mkin
telah mndapatkan alamat yg salah"
dan dia pergi mnghilang dri
pandangan
Suatu hri, sebuah undangn
mnghadri reuni seklah dtang
kerumahku di singapura.
jd aq berbhong pd istriku bhwa aq
akb mlakukan perjlnan bisnis.
usai reuni, aq pergi kegubuk tua
lamaku. sekedar rasa ingin tahu.
tetanggaku mengatakan bahwa DIA
SUDAH MENINGGAL
aq tdak sdkitpun mnitikan air mata.
mereka menyerahkn sebuah surat
dri ibuku.
"anaku tersayang, aq memikirkan
dan mendoakanmu sepanjang
waktuku agar kanu slalu bhagia. aq
menyesal bhwa aqxdtang ke
singapura dan menakut nakuti anak
dan istrimu.
aq jga minta maaf telah
membuatmu malu terus menerus
ktika kmu tumbuh dewasa..
kamu ingat sayang, ketika kamu
sangat kecil...kmu mngalami
kecelakaan, dan kmu khilangan satu
mata. sbgai seorang ibu, aq tdak
tahan mlihat engkau tumbuh dhn
satu mata anaku. aq sangat bangga,
anaku yg tlah dpat mlihat sbuah
dunia baru untukku, ditempatku dgn
mata itu. dangan penuh cintaku
kpdamu anakku. Ibumu".
END

Pengorbanan Seorang Suami Untuk Istrinya

Non Fiction/Kisah Nyata] (Kisah Nyata) Pengorbanan Seorang Suami Untuk Istrinya

Pernikahan itu telah berjalan empat (4) tahun, namun pasangan suami istri itu belum dikaruniai seorang anak. Dan mulailah kanan kiri berbisik-bisik: “kok belum punya anak juga ya, masalahnya di siapa ya? Suaminya atau istrinya ya?”. Dari berbisik-bisik, akhirnya menjadi berisik.

Tanpa sepengetahuan siapa pun, suami istri itu pergi ke salah seorang dokter untuk konsultasi, dan melakukan pemeriksaaan. Hasil lab mengatakan bahwa sang istri adalah seorang wanita yang mandul, sementara sang suami tidak ada masalah apa pun dan tidak ada harapan bagi sang istri untuk sembuh dalam arti tidak peluang baginya untuk hamil dan mempunyai anak.

Melihat hasil seperti itu, sang suami mengucapkan: inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, lalu menyambungnya dengan ucapan: Alhamdulillah.

Sang suami seorang diri memasuki ruang dokter dengan membawa hasil lab dan sama sekali tidak memberitahu istrinya dan membiarkan sang istri menunggu di ruang tunggu perempuan yang terpisah dari kaum laki-laki.

Sang suami berkata kepada sang dokter: “Saya akan panggil istri saya untuk masuk ruangan, akan tetapi, tolong, nanti anda jelaskan kepada istri saya bahwa masalahnya ada di saya, sementara dia tidak ada masalah apa-apa. Kontan saja sang dokter menolak dan terheran-heran. Akan tetapi sang suami terus memaksa sang dokter, akhirnya sang dokter setuju untuk mengatakan kepada sang istri bahwa masalah tidak datangnya keturunan ada pada sang suami dan bukan ada pada sang istri.

Sang suami memanggil sang istri yang telah lama menunggunya, dan tampak pada wajahnya kesedihan dan kemuraman. Lalu bersama sang istri ia memasuki ruang dokter. Maka sang dokter membuka Amplop hasil lab, lalu membaca dan mentelaahnya, dan kemudian ia berkata: “… Oooh, kamu –wahai fulan- yang mandul, sementara istrimu tidak ada masalah, dan tidak ada harapan bagimu untuk sembuh. Mendengar pengumuman sang dokter, sang suami berkata: inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, dan terlihat pada raut wajahnya wajah seseorang yang menyerah kepada qadha dan qadar Allah SWT.

Lalu pasangan suami istri itu pulang ke rumahnya, dan secara perlahan namun pasti, tersebarlah berita tentang rahasia tersebut ke para tetangga, kerabat dan sanak saudara.

Lima (5) tahun berlalu dari peristiwa tersebut dan sepasang suami istri bersabar, sampai akhirnya datanglah detik-detik yang sangat menegangkan, di mana sang istri berkata kepada suaminya: “Wahai fulan, saya telah bersabar selama Sembilan (9) tahun, saya tahan-tahan untuk bersabar dan tidak meminta cerai darimu, dan selama ini semua orang berkata:” betapa baik dan shalihah-nya sang istri itu yang terus setia mendampingi suaminya selama Sembilan tahun, padahal dia tahu kalau dari suaminya, ia tidak akan memperoleh keturunan”. Namun, sekarang rasanya saya sudah tidak bisa bersabar lagi, saya ingin agar engkau segera menceraikan saya, agar saya bisa menikah dengan lelaki lain dan mempunyai keturunan darinya, sehingga saya bisa melihat anak-anakku, menimangnya dan mengasuhnya.

Mendengar emosi sang istri yang memuncak, sang suami berkata: “istriku, ini cobaan dari Allah SWT, kita mesti bersabar, kita mesti …, mesti … dan mesti …”. Singkatnya, bagi sang istri, suaminya malah berceramah di hadapannya. Akhirnya sang istri berkata: “OK, saya akan tahan kesabaranku satu tahun lagi, ingat, hanya satu tahun, tidak lebih”. Sang suami setuju, dan dalam dirinya, dipenuhi harapan besar, semoga Allah SWT memberi jalan keluar yang terbaik bagi keduanya.

Beberapa hari kemudian, tiba-tiba sang istri jatuh sakit, dan hasil lab mengatakan bahwa sang istri mengalami gagal ginjal. Mendengar keterangan tersebut, jatuhnya psikologis sang istri, dan mulailah memuncak emosinya. Ia berkata kepada suaminya: “Semua ini gara-gara kamu, selama ini aku menahan kesabaranku, dan jadilah sekarang aku seperti ini, kenapa selama ini kamu tidak segera menceraikan saya, saya kan ingin punya anak, saya ingin memomong dan menimang bayi, saya kan … saya kan …”. Sang istri pun bad rest di rumah sakit.

Di saat yang genting itu, tiba-tiba suaminya berkata: “Maaf, saya ada tugas keluar negeri, dan saya berharap semoga engkau baik-baik saja”. “Haah, pergi?”. Kata sang istri. “Ya, saya akan pergi karena tugas dan sekalian mencari donatur ginjal, semoga dapat”. Kata sang suami.

Sehari sebelum operasi, datanglah sang donatur ke tempat pembaringan sang istri. Maka disepakatilah bahwa besok akan dilakukan operasi pemasangan ginjal dari sang donatur.

Saat itu sang istri teringat suaminya yang pergi, ia berkata dalam dirinya: “Suami apa an dia itu, istrinya operasi, eh dia malah pergi meninggalkan diriku terkapar dalam ruang bedah operasi”.

Operasi berhasil dengan sangat baik. Setelah satu pekan, suaminya datang, dan tampaklah pada wajahnya tanda-tanda orang yang kelelahan.

Ketahuilah bahwa sang donatur itu tidak ada lain orang melainkan sang suami itu sendiri. Ya, suaminya telah menghibahkan satu ginjalnya untuk istrinya, tanpa sepengetahuan sang istri, tetangga dan siapa pun selain dokter yang dipesannya agar menutup rapat rahasia tersebut.

Dan subhanallah …

Setelah Sembilan (9) bulan dari operasi itu, sang istri melahirkan anak. Maka bergembiralah suami istri tersebut, keluarga besar dan para tetangga. Suasana rumah tangga kembali normal, dan sang suami telah menyelesaikan studi S2 dan S3-nya di sebuah fakultas syari’ah dan telah bekerja sebagai seorang panitera di sebuah pengadilan di Jeddah. Ia pun telah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an dan mendapatkan sanad dengan riwayat Hafs, dari ‘Ashim.

Pada suatu hari, sang suami ada tugas dinas jauh, dan ia lupa menyimpan buku hariannya dari atas meja, buku harian yang selama ini ia sembunyikan. Dan tanpa sengaja, sang istri mendapatkan buku harian tersebut, membuka-bukanya dan membacanya.

Hampir saja ia terjatuh pingsan saat menemukan rahasia tentang diri dan rumah tangganya. Ia menangis meraung-raung. Setelah agak reda, ia menelpon suaminya, dan menangis sejadi-jadinya, ia berkali-kali mengulang permohonan maaf dari suaminya. Sang suami hanya dapat membalas suara telpon istrinya dengan menangis pula.

Dan setelah peristiwa tersebut, selama tiga bulanan, sang istri tidak berani menatap wajah suaminya. Jika ada keperluan, ia berbicara dengan menundukkan mukanya, tidak ada kekuatan untuk memandangnya sama sekali.

Kamis, 22 November 2012

BEASISWA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI JAKARTA (FULL)

Program Beasiswa Tenaga Penyuluh Lapangan IKM


Dalam rangka mempercepat pertumbuhan industri kecil dan menengah di seluruh Indonesia, Kementerian Perindustrian berupaya untuk mempersiapkan Tenaga Penyuluh Lapangan sebagai calon wirausahawan dan pembina IKM melalui Program Beasiswa pada unit pendidikan di lingkungan Kementerian Perindustrian.
Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Perindustrian memberikan kesempatan kepada siswa/i berprestasi di tingkat Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA/MA/SMK) untuk mengikuti Program Beasiswa dimaksud. Program ini diprioritaskan bagi siswa/i yang tingal di daerah tertinggal, daerah terpencil, daerah perbatasan, daerah pasca bencana, daerah pasca konflik, dan daerah pemekaran.
Penerima beasiswa akan menjalani kuliah di unit pendidikan di lingkungan Kementerian Perindustrian selama 3 tahun (6 semester), atau setara dengan Program Diploma III. Beasiswa yang diberikan adalah sebagai berikut:
  • Bantuan Transport dari daerah yang bersangkutan ke unit pendidikan di lingkungan Kementerian Perindustrian, Pulang-Pergi,
  • Bantuan Biaya Hidup,
  • Biaya Kuliah/Praktek,
  • Bantuan Buku.
Setelah lulus, alumni penerima beasiswa akan ditempatkan sebagai Tenaga Penyuluh Lapangan IKM di Kabupaten/Kota masing-masing dengan sistem kontrak selama dua tahun. Selama masa kontrak tersebut, alumni juga akan memperoleh honorarium dan biaya operasional.
Usai menjalani masa kontrak, yang bersangkutan diharapkan dapat mandiri sebagai wirausaha atau sebagai tenaga konsultan IKM di daerah yang bersangkutan, dan tidak lagi menjadi tanggungan Kementerian Perindustrian.
Unit Pendidikan Kementerian Perindustrian yang berpartisipasi dalam program beasiswa ini adalah:
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL BANDUNGJl. Jakarta No.31 Bandung
Telp. (022) 7272580
Konsentrasi:
- Teknologi Pembuatan Kain
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INDUSTRI JAKARTAJl. Letjen Suprapto No.26 Jakarta
Telp. (021) 4244280
Konsentrasi:
- Teknologi Pengendalian Mutu Industri
AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTAJl. Imogiri Km.6 Ngoto Bangun Harjo Yogyakarta
Telp. (0274) 383728
Konsentrasi:
- Teknologi Produk Kulit
AKADEMI KIMIA ANALISIS BOGORJl. Pangeran Sogiri No.283 Tanah Baru Bogor
Telp. (0251) 650351
Konsentrasi:
- Pengelolaan Lingkungan Industri
AKADEMI PIMPINAN PERUSAHAAN JAKARTAJl. Timbul No.34 Ps. Minggu Ciganjur Jakarta
Telp. (021) 7867382
Konsentrasi:
- Kewirausahaan (enterpreunership)
AKADEMI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANGJl. Bungo Pasang Tabing Padang
Telp. (0751) 55053
Konsentrasi:
- Pengolahan Industri Pangan
AKADEMI TEKNIK INDUSTRI MAKASSARJl. Sunu No.220 Makassar
Telp. (0411) 4499609
Konsentrasi:
- Teknologi Pangan
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDANJl. Medan Tenggara VII Medan
Telp.(061) 7867810
Konsentrasi:
- Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan Produk Turunannya

Informasi lebih lanjut mengenai Program Beasiswa TPL IKM dapat dilihat pada dokumen di bawah ini.
Surat Sekjen Kemenperin No. 290/SJ-IND/4/2012 (356 KB)

Rabu, 21 November 2012

Tela Krezz dari singkong omzet ratusan juta per bulan

Makanan lokal kadang kala tak terlalu banyak dilirik oleh banyak orang sebagai potensi bisnis yang menggiurkan. Namun lain halnya dengan Firmansyah Budi, pendiri Tela Krezz ini, yang sudah sejak tahun 2006 memulai bisnis kemitraan makanan olahan singkong atau ketela (cassava) Tela Krezz (singkong goreng berbumbu).
Kisah Firmansyah membangun bisnis makanan olahan singkong dengan bendera Tela Krezz berawal hanya dari satu grobak pinjaman ibu-nya dengan modal awal Rp 200.000. Dari situ ia mulai memiliki keyakinan bahwa bisnis makanan olahan dari singkong sangat berprospek.
Menurutnya, sangat malu sekali jika Indonesia masih terus mengimpor bahan baku pangan yang memang tak bisa berkembang baik di Indonesia seperti gandum. Saat ini kata dia, Indonesia termasuk negara penghasil singkong terbesar ketiga di dunia dibawah Brazil.
Keyakinannya akhirnya terjawab, sekarang ini ia sudah memiliki ratusan mitra Tela Krezz dengan omset yang menggiurkan. Firmansyah terinspirasi mengangkat pangan singkong menjadi makanan olahan karena saat ini pasar pangan dalam negeri sudah dibanjiri produk pangan impor seperti kedelai, tepung gandum, jagung, dan masih banyak lainnya.
“Ini berawal dari keprihatinan saya, sekarang ini bahan baku makanan semuanya gandum, yang impor. Kenapa tak pakai content lokal,” kata Firmansyah kepada detikFinance, akhir pekan lalu.
Firmansyah yang lulusan Sarjana Hukum ini, awalnya tak langsung menceburkan diri ke ranah bisnis. Semenjak lulus kuliah 2004, ia masuk LSM bidang pembangunan komunitas (community development), dari situlah matanya terbelalak soal banyaknya kasus bermasalah TKI diluar negeri yang harusnya bisa dicegah jika ada lapangan kerja di dalam negeri.
“Sekarang saya sudah punya 60 karyawan langsung, belum yang outsourcing,” katanya.
Semangat inovasinya mengembangkan pangan singkong bukan hanya sebatas Tela Krezz, ia juga mengembangkan produk Tela Cake semacam brownies dari singkong, kue Bika Ambon, Bakpia, Keripik Singkong dan lain-lain.
“Saya mimpinya kedepan, orang bisa aware dengan produk lokal kita, kalau tidak maka kita akan tergusur,” katanya.
Menurut pria kelahiran Semarang, 5 Desember 1981 ini, mengolah makanan seperti singkong yang sudah terlanjur dipandang sebagai makanan ‘ndeso’ memang perlu upaya keras. Konsep makanan Tela ia kembangkan dengan membuat makanan singkong lebih moderen dan menarik.
“Kenapa saya tak mau disebut sebagai brownies, saya ingin dengan nama tela cake. Jadi kalau kita bisa olah dengan moderen dan dinamis, kita bisa ubah mindset makanan wong ndeso ini jadi moderen. Harus diubah mindsetnya, makanan itu kan karena kebiasaan,” jelasnya.
Untuk urusan pemasaran, Firmansyah sengaja mengembangkan pemasaran Tela Cake dengan konsep makanan oleh-oleh asli Jogjakarta. Ini penting untuk memperkuat image Tela Cake sebagai makanan khas, meski ia pun berencana memasarkan produk tersebut ke pasar ritel umum namun dengan merek yang berbeda.
Ia mengaku saat ini mampu menjual 1000-1500 paket Tela Cake. Harga satu paket Tela Cake dibandrol hingga Rp 28.000, tentunya sudah terbayang berapa omset dari Firmansyah dari hanya menjual brownies ala singkong tersebut. Ini belum dihitung dari produk Tela Krezz-nya yang lebih dahulu ia kembangkan.
Masih seputar pangan lokal, upaya Firmansyah tak cukup disitu. Pada tahun 2009 ia juga mengembangkan produk olahan cocoa atau kakao menjadi makanan coklat yang lezat dan menarik. Kali ini, Firmansyah membentuk divisi khusus di Tela Corporation yang menjadi bendera resmi usahanya.
“Mulai 2009 saya juga membuat produk coklat roso (cokro), yang juga berkonsep makanan oleh-oleh Jogjakarta,” jelasnya.
Keinginannya mengembangkan produk coklat, kurang lebih sama dengan kegusarannya terhadap produk tepung pangan impor. Menurutnya Indonesia, merupakan penghasil kakao yang diperhitungkan di dunia, namun minim memiliki produk olahan coklat.
Jika pun ada, produk coklat olahan di pasar Indonesia berasal dari impor dan bermerek asing. Ia berharap coklat buatannya bisa menjadi pilihan pasar dan bisa mematahkan dominasi produk coklat asing di pasar Indonesia.
“Visi saya bagaimana melakukan pemberdayaan pangan lokal,” katanya.
Sehingga kata dia, dengan pemberdayaan pangan lokal serapan tenaga kerja lokal semakin tinggi misalnya jika singkong dikembangkan maka berapa banyak petani yang bisa hidup, berapa banyak kuli panggul yang bekerja, berapa banyak pekerja pemotong singkong yang terserap dan lain-lain. Meskipun dengan idealisme yang tinggi, Firmansyah tak gigit jari, usahanya yang dirintis sejak 2006 sudah membuahkan hasil yang fantastis.
“Kalau dihitung-hitung omset saya sampai ratusan juta per bulan. Setahun bisa sampai Rp 10 miliar lebih,” katanya.
Bagaimana mau mencoba dengan pangan-pangan lokal lainnya?

Pengusaha Muda sukses usia18 tahun

Entrepreneur berusia 18 tahun ini tidak ingat secara pasti kapan pertama kali dirinya mulai berdagang. Namun satu hal yang pasti adalah bibit-bibit kemandiriannya telah terbentuk sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Mulai dari menjual kelereng, gambaran, petasan hingga menjual koran, menjadi tukang parkir serta ojek payung, Hamzah Izzulhaq, demikian nama entrepreneur muda ini memoles jiwa entrepreneurship-nya. Bertujuan menambah uang saku, ia melakoni semua itu di sela-sela waktu luang saat kelas 5 SD.
Hamzah, begitu dia sering disapa, terlahir dari keluarga menengah sederhana. Sang ayah berprofesi sebagai dosen sementara ibunda adalah guru SMP. Secara ekonomi, Hamzah tak kekurangan. Ia senantiasa menerima uang saku dari orangtuanya. Namun terdorong oleh rasa inginMandiri dan memiliki uang saku yang lebih banyak, Hamzah rela menghabiskan waktu senggangnya untuk mencari penghasilan bersama dengan teman-temannya yang secara ekonomi masuk dalam kategori kurang mampu.
Hamzah mulai menekuni bisnisnya secara serius ketika beranjak remaja dan duduk di bangku kelas 1 SMA. Ia berjualan pulsa dan buku sekolah setiap pergantian semester. Pemuda kelahiran Jakarta, 26 April 1993 ini melobi sang paman yang kebetulan bekerja di sebuah toko buku besar untuk menjadi distributor dengan diskon sebesar 30% per buku. “Buku itu lalu saya jual ke teman-teman dan kakak kelas. Saya beri diskon untuk mereka 10%, sehingga saya mendapat 20% dari setiap buku yang berhasil terjual. Alhamdulillah, saya mengantongi nett profit pada saat itu mencapai Rp950 ribu/semester,” aku Hamzah kepada CiputraEntrepreneurship.com.

Uang jerih payah dari hasil penjualan pulsa dan keuntungan buku kemudian ditabungnya. Sebagian dipakai untuk membuka konter pulsa dimana bagian operasional diserahkan kepada teman SMP-nya sementara Hamzah hanya menaruh modal saja. Sayangnya, bisnis itu tak berjalan lancar. Omzet yang didapat sering kali dipakai tanpa sepengetahuan dan seizin Hamzah. Voucher pulsapun juga sering dikonsumsi secara pribadi. Dengan kerugian yang diteriman, Hamzah akhirnya memutuskan untuk menutup usaha yang hanya berjalan selama kurang lebih 3 bulan itu. “Sampai sekarang etalase untuk menjual pulsa masih tersimpan di gudang rumah,” kenang Hamzah sambil tertawa.

Dengan menyimpan rasa kecewa, Hamzah berusaha bangkit. “Saya sangat suka membaca buku-buku pengembangan diri dan bisnis. Terutama buku “Ciputra Way” dan “Quantum Leap”. Sehingga itu yang membuat saya bangkit ketika rugi berbisnis,” jelasnya. Bermodal sisa tabungan di bank, Hamzah mulai berjualan pulsa kembali. Beberapa bulan kemudian, tepatnya ketika ia kelas 2 SMA, Hamzah membeli alat mesin pin. Hal itu nekat dilakoninya karena ia melihat peluang usaha di sekolahnya yang sering mengadakan sejumlah acara seperti pentas seni, OSIS dan lainnya, yang biasanya membutuhkan pin serta stiker. Dari acara-acara di sekolah, ia menerima order yang cukup besar. Tapi lagi-lagi ia harus menerima kenyataan merugi lantaran tak menguasai teknik sehingga banyak produk orderan yang gagal cetak dan mesinnya pun rusak. “Ayah sedikit marah dengan kerugian yang saya buat itu,” lanjut Hamzah.

Dari kerugian itu, Hamzah merenung dan membaca biografi pengusaha sukses untuk menumbuhkan kembali semangatnya. Tak berapa lama, ia mulai berjualan snack di sekolah seperti roti, piza dan kue-kue. Profit yang terkumpul dari penjualan makanan ringan itu sebesar Rp5 juta. Pada pertengahan kelas 2 SMA, ia menangkap peluang bisnis lagi. Ketika sedang mengikuti seminar dan komunitas bisnis pelajar bertajuk Community of Motivator and Entrepreneur (COME), Hamzah bertemu dengan mitra bisnisnya yang menawari usaha franchise bimbingan belajar (bimbel) bernama Bintang Solusi Mandiri. “Rekan bisnis saya itu juga masih sangat muda, usianya baru 23 tahun. Tapi bimbelnya sudah 44 cabang,” terangnya.

Hamzah lalu diberi prospektus dan laporan keuangan salah satu cabang bimbel di lokasi Johar Baru, Jakarta Pusat, yang kebetulan ingin di-take over dengan harga jual sebesar Rp175 juta. Dengan hanya memegang modal Rp5 juta, pengusaha muda lulusan SMAN 21 Jakarta Timur ini melobi sang ayah untuk meminjam uang sebagai tambahan modal bisnisnya. “Saya meminjam Rp70 juta dari ayah yang seharusnya uang itu ingin dibelikan mobil. Saya lalu melobi rekan saya untuk membayar Rp75 juta dulu dan sisanya yang Rp100 juta dicicil dari keuntungan tiap semester. Alhamdulillah, permintaan saya dipenuhi,” kenang Hamzah.

Dari franchise bimbel itu, bisnis Hamzah berkembang pesat. Keuntungan demi keuntungan selalu diputarnya untuk membuat bisnisnya lebih maju lagi. Kini, Hamzah telah memiliki 3 lisensi franchise bimbel dengan jumlah siswa diatas 200 orang tiap semester. Total omzet yang diperolehnya sebesar Rp360 juta/semester dengan nett profit sekitar Rp180 juta/semester. Sukses mengelola bisnis franchise bimbelnya, Hamzah lalu melirik bisnis kerajinan SofaBed di area Tangerang.

Sejak bulan Agustus lalu, bisnis Hamzah telah resmi berbadan hukum dengan nama CV Hamasa Indonesia. Lulusan SMA tahun 2011 ini duduk sebagai direktur utama di perusahaan miliknya yang omzetnya secara keseluruhan mencapai Rp100 juta per bulan. “Saat ini saya sedang mencicil perlahan-lahan modal yang saya pinjam 2 tahun lalu dari ayah. Alhamdulillaah, berkat motivasi dan Pak Ci saya sudah bisa ke Singapore dan Malaysia dengan hasil uang kerja keras sendiri,” ujarnya.

Menurut Hamzah, dari pengalamannya, berbisnis di usia muda memiliki sejumlah tantangan plus kendala seperti misalnya diremehkan, tidak dipercaya dan lain sebagainya. Hal itu dianggapnya wajar. “Maklum saja, sebab di Indonesia, entrepreneur muda dibawah 20 tahun masih amat langka. Kalau di Amerika usia seperti saya ini mungkin hal yang sangat biasa,” tutupnya.

Mulai dari Diri sendiri dan Sekarang (Motivasi)

Banyak orang mengecilkan nyalinya sendiri ketika ingin memulai sebuah usaha. Bermacam alasan yang membuat mereka menunda bahkan mengurungkan niat membuka usaha, ada yang mengatakan;  ”Saya tidak punya uang untuk memulai usaha” tetapi dengan modal dengkul Ansori telah berhasil membeli sebidang tanah untuk didirikan rumah, dan memiliki mobil.
Logikanya, bisnis pasti memerlukan modal uang, bukan modal dengkul. Jadi, mana mungkin memulai bisnis dengan modal dengkul? Mungkin saja. Ingin tahu rahasianya? Ternyata memulai suatu bisnis tidak harus selalu diawali dengan uang. Uang memang penting, tetapi ternyata bukan yang terpenting. Ada empat modal dasar yang harus dimiliki jika ingin memulai suatu usaha, yaitu keberanian, percaya diri, keyakinan dan ketekunan.
Banyak orang mengecilkan nyalinya sendiri ketika ingin memulai sebuah usaha. Bermacam alasan yang membuat mereka menunda bahkan mengurungkan niat membuka usaha, ada yang mengatakan;  ”Saya tidak punya uang untuk memulai usaha. Saya belum memiliki cukup modal untuk berbisnis.”. Padahal untuk action berbisnis tidak perlu menunggu sampai modal besar datang. Usaha bisa dimulai dengan modal ”dengkul”.
Sebut saja Ansori, alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini memulai usahanya di bidang Event organizer sejak tahun 2004. Hal menarik lainnya dari bisnis Ansori adalah tidak perlu mengeluarkan modal uang untuk penyelenggaraan acaranya. Modalnya hanya kemampuan membuat konsep kegiatan yang dituangkan dalam bentuk proposal dan kemampuan menjual ide kepada pihak sponsor dan publik yang jadi sasaran juga target pasar. Bagi orang yang lahir dari keluarga miskin dan berasal dari desa sepertinya, bisnis tanpa modal uang tunai adalah  impian. Bayangkan saja, tanpa modal uang tunai saja Ansori bisa mendapatkan untung. Itu yang membuat Ansori tak pernah putus semangat mengejar impiannya.
Bagi Ansori, selain keberanian, keyakinan dan ketekunan, untuk menjadi pengusaha juga harus punya rasa percaya diri, dan tawakkal. Alasan seperti tersebut di atas telah cukup dijadikan modal dasar dalam mengembangkan bisnis model ini. Itu semua adalah modal yang paling berharga yang telah ia miliki. Tak perlu minta uang dari rumah untuk membiayai usahanya, karena ia sadar berasal dari keluarga yang sederhana. Tapi Ansori telah punya tekat untuk menata hidupnya dengan usaha mandiri tanpa bergantung dari keluarganya. Ansori adalah satu dari sekian banyak contoh pemuda yang survive hidup sebagai mahasiswa perantau dengan biaya kuliah dari usahanya sendiri sampai lulus, dan ia sosok pemuda gigih yang memiliki impian bisnis bermodal dengkul.
Untuk mengasah kreativitas dan menajamkan kemampuan Ansori sudah “magang” untuk sekedar menimba pengalaman pada beberapa institusi event organizer sejak ia kuliah di Yogyakarta. Kemudian ia kerap aktif terlibat dalam beberapa kepanitiaan, yang membawa bendera event organizer yang berbeda. Sekedar menyebut beberapa contoh, untuk kegiatan sepeda santai (fun bike) biasanya ia bergabung dengan DINI ORGANIZER; untuk kegiatan pameran, ia menyelinap dalam barisan MEDCOM; untuk Islamic book Fair ia tampil dengan baju Syaka Organizer; selebihnya ia lebih banyak menggunakan bendera Masjid Syuhada Yogyakarta. Bahkan pada yang terakhir ini, ia telah berhasil  mendirikan SYUHADA PRO, event organizer khusus kegiatan bernuansa keagamaan. Di di Masjid Syuhada inilah ia juga bersemangat untuk mengkader anak didik asrama di bawah angkatannya agar memiliki jiwa wirausaha.
Mengembangkan bisnis di bidang promotor dan event organizer telah lama Ansori impikan. Selain dinamis, mengandalkan kreativitas, dinamika profitabilitas juga menarik (kalau lagi untung, ya benar-benar untung, tapi kalau lagi rugi juga tak tanggung-tanggung). Bisnis macam ini sangat menantang baginya.
Bisnis di bidang promotor dan event organizer yang mengkhususkan diri pada penyelenggaraan event-event bernuansa keagamaan (baca: Islam) di awal tahun 2000 memang belum banyak diseriusi pihak lain, sehingga kalau dijalankan, ini bisa dikatakan sebagai distinctive competence (kompetensi unik). Rata-rata EO yang lain, lebih banyak menyelenggarakan event umum, tanpa identitas tertentu. Ini adalah salah satu alasan ansori saat itu untuk serius menggeluti EO.
Ansori melihat peluang hampir di semua perusahaan (misalnya perbankan, perhotelan dan rumah sakit) telah mempunyai Bidang Pembinaan Kerohanian Islam (Binrohis). Di Yogyakarta PT. Telkom, PLN, Pertamina, dan Bank Indonesia adalah diantara yang mempunyai Binrohis yang cukup maju, dan mempunyai dana yang besar. Masalahnya adalah, mereka mempunyai dana yang besar tapi kesulitan menjalankan program kegiatan sebagai syi’arnya, karena mereka pun sibuk bekerja.
Sudah sejak tahun 2001 ketika Ansori aktif di masjid Syuhada Yogyakarta, ia telah akrab dengan mereka para pemimpin perusahaan pemilik modal, ia pun tahu persis akan masalah yang mereka hadapi yaitu sulit memanage kegiatan untuk menyalurkan dana sosial perusahaan. Mereka itu, kalau ditawari kegiatan (event) yang besar sekalian, yang nilai publisitasnya (baca: syi’ar) bagus, akan dengan mudah menyetujuinya. Dan bagi Ansori hal tersebut adalah peluang, yang kalau dikelola dengan baik bisa menjadi ladang bisnis yang subur.
Dari segi moment, setiap tahunnya mesti terdapat kesempatan untuk menyelenggarakan event besar bernuansa keagamaan. Katakanlah saja, ada bulan muharam (semangat hijrah dan tahun baru Islam); ada bulan Rabi’ul Awwal (maulid nabi Muhammad); ada bulan Rajab (Isra Mi’raj), ada bulan Ramadhan, dan sebagainya. Itu adalah moment-moment penting yang bisa dikelola dengan baik untuk menggelar event bernuansa keagamaan. Dan itu semua pasti ada dalam setiap tahunnya. Moment itu pula yang bisa digunakan untuk mengedukasi pasar sekaligus untuk mendorong mereka menikmati event yang diselenggarakan.
Dalam perspektif pasar, masyarakat muslim dalam jumlah mayoritas di negeri ini, menjadikan program/event yang bernuansa keagamaan (baca: Islam) akan mudah menemukan sasaran dan target pasarnya. Dapat disimpulkan, bisnis yang Ansori impikan tersebut cukup menjanjikan!.
Pada tahun 2005 bertepatan dengan bulan maulid, Ansori diminta oleh Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) DIY  untuk menyelenggarakan kegiatan yang cukup besar. Acara yang diminta meliputi Dzikir Akbar Bersama Ustadz H. Arifin Ilham, Tabligh Akbar Aa Gym, serta Konser Cak Nun & Kiyai Kanjeng. Rangkaian kegiatan tersebut harus saya kemas sedemikian rupa, agar mempunyai dampak nilai syi’ar  yang “luar biasa”. Ini adalah prestasi yag luar biasa dari jerih payahnya selama lima tahun sebelumnya mempromosikan profesionalitasnya di kalangan para tokoh perusahaan besar di Yogyakarta.
Permintaan tersebut mempercepat langkah Ansori untuk mendirikan lembaga bisnis miliknya sendiri. Bersama dua orang rekanya, Ansori memberanikan diri mendirikan lembaga bisnis yang akan bergerak di bidang tersebut. Perusahaan tersebut ia beri nama CENTRA.
Sejak awal kuliah Ansori sudah terbiasa mengelola kegiatan-kegiatan yang bernuansa keagamaan. Sekedar untuk menyebut beberapa contoh, terhitung sejak tahun 2001 Ansori pernah menggelar Konser Nasyid, Tabligh Akbar Aa Gym, Dzikir Arifin Ilham, Dongeng Anak Bareng Kak Seto, dan sebagainya. Berkat pengalaman tersebut, Ansori sering diminta oleh perusahaan-perusahaan untuk membuat acara yang bernuansa keagamaan bagi mereka. Permintaan tersebut ia maknai sebagai bentuk kepercayaan dari mereka (pemilik modal) kepadanya. Bagi Ansori, memenuhi permintaan mereka tidaklah sulit, karena pengalamanya lima tahun di Masjid Syuhada telah mengantarkan Ansori untuk kenal dengan tokoh-tokoh yang harus ia jadikan mitra dalam bisnisnya ke depan. Ansori telah mempunyai pengalaman dan kepercayaan. Bagi siapapun yang berminat mengelola bisnis sejenis, harus mau menimba pengalaman dan membangun kepercayaan dengan pihak lain, karena dua hal tersebut juga modal penting selain modal dasar keyakinan yang harus dimiliki sejak awal.
Sejak saat itu bisnis EO yang Ansori gawangi namanya mulai berkibar, bahkan kegiatan yg di promotorinya sudah merambah ke luar daerah jawa. Karena perkembangan kegiatan yang pesat, Ansori mulai memetakan segmen. Ia tidak hanya menawarkan kegiatannya ke perusahaan saja, tetapi Ansori mulai melebarkan sayap masuk ke dunia pendidikan. Karena tidak hanya satu segmen maka ia merubah nama brand EO yang semula CENTRA menjadi EDWISE EDUTAINMENT. Saat ini ia sedang mengusung nama Kak Bimo pendongeng anak terkenal di Yogyakarta menjadi icon pendongen anak tingkat nasional. Tidak hanya pendongen anak, Ansori juga sedang mempromosikan nama pencinta dan pencipta lagu anak dari Yogyakarta yaitu Kak Wuntat.
Dari hasil bisnis EO yang ditekuni ini, Ansori telah berhasil membeli sebidang tanah untuk didirikan rumah, dan juga sudah memiliki mobil Daihatsu Terios. Ansori percaya apa yang diimpikan ini kalau dijalani dengan serius akan membawa hasil yang optimal. Ia berharap bisnisnya tidak sekedar mendatangkan untung berupa uang tetapi juga akan membawa maslahat untuk kebaikan umat. Sepatutnyalah semangat bisnis Ansori yang dirintis dengan modal dengkul ini bisa dijadikan proyek percontohan bagi generasi muda untuk mandiri membuka usaha. Kiat dan kunci suksesnya bisa ditiru semua orang agar tidak takut untuk berbisnis.
Jika Anda tersentuh dengan renungan di atas, tolong “share” renungan ini ke teman-teman yang lain agar mereka juga dapat memetik hikmah yang ada pada cerita di atas. Semoga dapat bermanfaat bagi kehidupan kita, terimakasih.

Rabu, 14 November 2012

__Kisah : Sukses Penjual Gorengan Beromzet Jutaa


__Kisah : Sukses Penjual Gorengan Beromzet Jutaan


Juli 1974 menjadi bulan yang sangat istimewa bagi Yusuf Amin (21 tahun). Pemuda asal Cirebon yang tidak lulus SD ini menikahi seorang gadis belia bernama Sumarni (14 tahun). Selanjutnya, hari-hari Yusuf dihiasi perjuangan mencari sesuap nasi. Bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi juga untuk sang pujaan hati, yang telah menjadi tanggungannya.

Orangtua serta mertua Yusuf hanyalah buruh tani. Saban hari, Yusuf terlihat membantu mereka di sawah kala musim semai dan tuai padi tiba. Sawah-sawah itu hampir setahun ia garap tanpa rasa letih, meski terik matahari menyengat kulitnya.

Kemarau panjang pun menghampiri. Yusuf menganggur. Sesekali ia menatap sang istri tercinta sedang mengelus perutnya yang tampak membesar. Asa pun muncul. Yusuf putar otak, mencari solusi.

Ia lantas memutuskan untuk merantau ke Bandung. Dengan bekal Rp.500,- (cukup untuk sekali naik bus) ia meminta izin pada istri serta mertuanya, untuk berangkat ke kota Kembang. Pada kedua orang tuanya, Yusuf memohon do'a agar di perantauan anaknya dapat meraih nafkah yang berkah.

Tiba di Bandung, Yusuf menginap di rumah Maripah, kakak sepupunya di Ciharugeulis. Di sana ia kembali mencari cara untuk berjualan. Beruntung ada seorang kenalan yang bersedia meminjamkan gerobaknya pada Yusuf.

Penuh semangat, Yusuf pun memulai usahanya sebagai pedagang sekoteng hangat. Setiap malam usai shalat Isya, Yusuf mulai menjajakan dagangannya dari Cihaurgeulis, Taman Sari, Cihampelas, hingga Gegerkalong.

Udara malam di Bandung kala itu, tahun 70-an, terasa sangat dingin. Apalagi hujan deras biasa turun, saat Yusuf sampai di daerah Gegerkalong.

Namun ia tak patah arang. Setiap dorongan gerobak mengingatkan istri tercintanya yang tengah hamil 9 bulan. Maka rupiah demi rupiah yang ia terima pun langsung disimpan ke dalam celengan kaleng. Hingga pukul 02.00 dini hari, Yusuf baru mengakhiri perjuangannya.

"Saya punya tekad membahagiakan istri. Jadi saya harus tekun. Meski hujan deras, sera udara malam yang sangat dingin, saya harus tetap kuat," kenang H. Yusuf saat ditemui Alhikmah di kediamannya di bilangan Sukamantri, Bandung, April lalu.

Cirebon, 25 Agustus 1975, seorang bayi laki-laki, Jaja Zakia Yamani, akhirnya lahir dari rahim sang istri, Sumarni. Yusuf merasa bahagia sekali. Hasil jerih payah dia selama 20 hari berjualan sekoteng, akhirnya bisa membiayai persalinan istrinya.

Tepat usia anaknya menginjak 8 bulan, Yusuf memboyong anak serta istrinya ke Bandung. Masih di Haur Pancuh, bekas jongko pasar yang tak layak huni, menjadi rumah sewaan Yusuf dan keluarga. Sisanya, sejumlah 4.500, ia belikan gerobak sekoteng milik temannya itu. Ia pun kembali berjualan.

Dua tahun sudah berlalu. Ternyata hasil jerih payahnya sebagai pedagang sekoteng belum mampu mensejahterakan keluarganya. Cita-cita Yusuf memang luar biasa. Ia ingin menyekolahkan semua anaknya hingga jenjang perkuliahan. Tentu sebuah cita-cita melangit dari seorang pedagang kecil di kota yang sangat besar.

"Saya bertekad, saya ingin anak-anak saya kuliah semua. Saya ingin rumah tangga mereka tidak seperti saya. Cukup saya saja serta ibunya. Mereka harus lebih baik," ucap pria yang lahir di Cirebon 11 September 1953 itu.

Banting Setir Jualan Gorengan

Tahun 1977 menjadi catatan sejarah bagi Yusuf. Secara tiba-tiba ia membanting setir usahanya menjadi pedagang kudapan khas sunda, gorengan. Gerobak pisang goreng serta peralatan masak milik salah satu kenalannya ia beli seharga Rp.67.500,-

Bilangan Ciliwung, Bandung, lantas menjadi tempat pertama Yusuf menjual gorengannya. Sayang, Yusuf hanya bertahan semalam. Ia tidak tega melihat di sampingnya ada seorang ibu yang juga menjual gorengan.

Setelah berkeliling kota Bandung, akhirnya Yusuf memilih mangkal di bilangan Cendana. Bersama sang istri tercinta, serta anaknya, Jaja Zakia Yamani yang baru menginjak usia dua tahun, Yusuf pun semangat berjualan. Kali ini Yusuf memulai usahanya usai menunaikan shalat Dzuhur, hingga pukul 21.00.
Hari pertama, Yusuf mengeluarkan modal Rp.4.000 untuk belanja bahan. Hasil penjualan yang didapat seharian hanya 400 perak. Sekali lagi Yusuf tak mengeluh.

Bagi Yusuf, mencari nafkah harus dengan ketekunan, dan memohon kepada Allah SWT sang Pemberi Rezeki. Karenanya, Yusuf tak lupa melaksanakan ragam kewajibannya sebagai seorang muslim, sebelum memohon pertolongan Allah SWT.

Yusuf beserta istri selalu menunaikan shalat fardhu tepat waktu. Selain itu mereka pun terbiasa melaksanakan shaum sunnah Senin dan Kamis. Bahkan Yusuf terbilang rajin shalat tahajud.

Sehari kemudian dengan modal masih Rp.4.000, Yusuf mendapatkan uang 800. Hari demi hari uang yang didapat pun terus bertambah hingga mencapai angka 4.000 rupiah.

"Saya sama ibu huhujanan sambil dorong gerobak. Waktu itu anak saya masih kecil (2 tahun). Kalau tidur dimasukin ke gerobak memakai kardus. Kalau mau pulang juga begitu. Saya masukin sambil dorong gerobak dari Cendana sampai monumen UNPAD," kenang Yusuf.

Buah Jerih Payah

Ketekunan dan kesabarannya menuai hasil. Oktober 1983, Yusuf membeli sebuah rumah sederhana. Tahun 1988 saat omsetnya menembus ongkos naik haji berdua, ia pun langsung memenuhi panggilan Allah ke Tanah Suci beserta istri tercinta.

Sepulang dari Mekah, pelanggan Yusuf kian meningkat. Mulai dari kalangan bawah sampai konglomerat, rela antri demi dagangannya. Diantara mereka ternyata ada yang berasal dari luar kota, semisal; Surabaya dan Jakarta. Bahkan anggota DPRD Jawa Barat pun tak segan ikut memesan gorengan Yusuf. Sejak itu, produknya dikenal dengan sebutan Gorengan Cendana.

"Rasanya kata orang lezat. Gorengannya beda dari yang lain, garing dan minyaknya tidak telalu banyak," ungkap Yusuf.

Hasil jerih payah dalam mencari nafkahnya itu, kini Yusuf telah memiliki 5 buah rumah. Satu rumah ia dedikasikan untuk kepentingan umat dengan membuat Majelis Taklim ibu-ibu yang digagas istrinya. Sisanya untuk anak-anak, serta karyawannya yang kini sudah mencapai 10 orang.

Empat anaknya, ia kuliahkan hingga jenjang perguruan tinggi. Bahkan dua diantaranya menjadi dokter umum. Ia pun menyekolahkan buah hati saudaranya di kampung halaman, bahkan hingga ke jenjang perkuliahan.

Bentuk bakti kepada orang tua dan mertuanya, Yusuf bangunkan rumah untuk mereka di Cirebon. Tak lupa, ia pun memberangkatkan mereka ke Mekah.

Selain itu, Yusuf juga memberikan beberapa bidang tanah untuk digarap oleh saudara-saudaranya di Cirebon. Ia pun memperkerjakan tetangganya yang menganggur. Saat ini sudah ada 10 pegawai di tempat usahanya.

Semuanya itu dilakukannya saat Yusuf masih sangat sederhana. Prinsipnya memberi sesuatu tidak mesti menunggu kaya. "Tekad saya, Allah ngasih rejeki. Supaya rejeki itu langgeng, maka harus berbagi. Dan memang benar ada manfaatnya. Itu yang saya rasakan," ungkap Yusuf.

Saat ini ia mengaku meraup keuntungan 3-4 juta rupiah perhari atau sekitar 90-120 juta rupiah perbulan. Omset itu bahkan naik berlipat saat bulan ramadhan yang penuh berkah itu tiba.

"Saya pertama ke Bandung minta restu orang tua, pidu'ana supaya hidup saya berkah. Waktu itu saya tidak minta harta. Itu mungkin yang dinamakan rejeki berkah. Pendapatan sedikit, tapi cukup untuk yang lain. Apalagi pendapatan banyak," kata Yusuf, menutup perbincangan.

__Kisah Sukses : Brownies Kukus Amanda..berawal dari rumahan


__Kisah Sukses : Brownies Kukus Amanda..berawal dari rumahan





Kelezatan brownies kukus ternyata tidak hanya berhasil memikat lidah masyarakat luas, makanan ini ternyata juga memberikan sejarah penting bagi Hj. Sumiwiludjeng dan suaminya H. Sjukur Bc.AP dalam mengawali kisah suksesnya menjalankan bisnis rumahan.
Tentu Anda sudah tidak asing lagi bila mendengar produk brownies kukus dengan merek “Amanda”. Produk yang dulu dikenal sebagai oleh-oleh khas Bandung ini, sekarang gerai dan tokonya sudah bisa diperoleh di kota-kota besar lainnya seperti Yogyakarta, Surabaya dan Medan. Namun siapa sangka bila kesuksesan Amanda yang kini telah berhasil membuka gerai di berbagai kota sampai memiliki pabrik kue, berasal dari bisnis rumahan yang dulunya hanya dikerjakan Sumi dan dibantu anggota keluarganya.
Mengawali bisnis sesuai dengan minat dan bakat, memang merupakan alternatif tepat untuk bisa sukses menjalankan sebuah bisnis. Bermodalkan kemampuan memasak yang didapatkan Sumi ketika mengenyam Pendidikan Kesejahteraan dan Keluarga di IKIP Jakarta, Ia menjalankan bisnis katering rumahan dengan menerima pesanan kue dan makanan untuk acara-acara tertentu.
Di akhir tahun 1999 Sumi mencoba resep kue bolu kukus yang didapatkan dari salah seorang saudaranya. Ia mencoba resep tersebut hingga berulang-ulang, sampai akhirnya menemukan takaran yang pas untuk bolu kukus tersebut. Dibantu oleh putra sulungnya Joko Ervianto beserta istrinya (Atin), Sumi menawarkan bolu kukus cokelat tersebut sebagai salah satu menu di katering mereka. Berkat kelezatan dan cita rasa bolu kukus cokelat yang unik, produk tersebut dengan mudahnya diminati para konsumen.
Melihat permintaan pasar akan produk tersebut sangatlah bagus, pada tahun 2000 keluarga Sumi memutuskan untuk membuka usaha brownies kukus dengan menggunakan merek Amanda. Nama tersebut merupakan singkatan dari Anda Mantu Damai, yang artinya mengharapkan anak dan menantu bisa selalu hidup rukun dan damai.
Langkah Awal memasarkan brownies kukus Amanda ternyata tidak semulus yang dibayangkan Sumi beserta anak dan mantunya, kios usaha yang dibuka di komplek pertokoan Metro Bandung harus tergusur setelah pertokoan tersebut terbakar. Hingga akhirnya mereka memindah usaha kue tersebut dengan menyewa tempat di kawasan Jl. Tata Surya Bandung. Cobaan tersebut tidak menyurutkan tekad mereka untuk tetap menjalankan bisnis brownies kukus, dengan lokasi usaha yang baru mereka juga merasa tertantang untuk bisa mendapatkan pelanggan baru.
Merintis usaha kembali di tempat baru, ternyata memberikan keuntungan tersendiri bagi Amanda. Tak sulit bagi mereka untuk mendapatkan konsumen baru, bahkan minat konsumen semakin meningkat setelah mereka pindah di lokasi baru. Brownies yang diproduksi setiap harinya selalu habis dibeli konsumen, dan tak jarang banyak konsumen yang harus kecewa karena brownies kukus yang ingin dibelinya sudah habis terjual.
Seiring dengan permintaan pasar yang semakin tinggi, membuat tempat usaha yang mereka tempati sudah tidak memenuhi kapasitas produksi. Tahun 2002 Sumi dan keluarganya berpindah lagi ke lokasi usaha baru di Jl. Rancabolang Bandung. Mengulangi kesuksesan di tahun sebelumnya, dari lokasi yang baru kesuksesan brownies kukus Amanda menunjukan kemajuan yang luar biasa. Lokasi yang strategis dan didukung dengan cita rasa brownies kukus yang lezat, mengantarkan bisnis yang dulunya hanya dikerjakan di rumah kini menjadi industri kue yang sangat sukses. Dan pada tahun 2004, merek brownies kukus Amanda resmi dipatenkan menjadi brand produk kue buatan Sumi dan keluarganya.
Dibantu para menantu dan ketiga putranya Joko Ervianto, Andi Darmansyah, dan Sugeng Cahyono, kini brownies kukus Amanda sudah memiliki puluhan cabang yang tersebar di berbagai kota. Dengan menawarkan lebih dari dua puluh varian produk, saat ini penjualan produk Amanda bisa mencapai ribuan kotak untuk setiap harinya di masing-masing cabang. Anda bisa bayangkan bukan, berapa besar keuntungan yang diperoleh keluarga Sumi setiap bulannya?
Semoga artikel “brownies kukus, kisah sukses bisnis rumahan” ini bisa memberikan inspirasi bisnis bagi para pembaca. Ketekunan, tekad dan kerjasama yang dimiliki keluarga Hj. Sumiwiludjeng berhasil mengantarkan bisnis rumahan menjadi industri besar, serta mewujudkan impian Sumi untuk selalu membuat anak dan mantunya bisa hidup rukun menjalankan usaha bersama.
Oleh karena itu, yakinkan diri Anda bahwa setiap orang memiliki peluang sukses yang sama besar. Andapun juga bisa sukses bila Anda memiliki tekad besar dan berusaha fokus untuk menekuninya. Selamat berkarya dan salam sukses.

__Kisah Pemulung Jadi Jutawan, Beromzet Ratusan Juta...


__Kisah Pemulung Jadi Jutawan, Beromzet Ratusan Juta...



Cerita sukses Puji alias Suwaji sebagai juragan sampah di Bantar Gebang yang telah merubah hidupnya dari miskin papa menjadi sosok yang kaya raya pada bagian pertama serial jurnalistik ini, mungkin bisa menggugah semangat pemulung-pemulung lain untuk lebih bekerja keras. Apa yang dialami para pemulung miskin yang banyak bertebaran di Jabodetabek, juga pernah dialami sang miliarder ini. Bagaimana susah dan menderitanya Puji saat itu. Tak jarang, melewati malam-malam dengan menahan perut lapar.

Sebelas tahun yang lalu, Puji “hanya” seorang pemulung di daerah Cakung Jakarta Timur. Setiap hari menyelusuri jalan mencari benda-benda bekas yang bisa dijual ke lapak-lapak limbah. Dengan pakaian compang-camping, Puji kerap dicurigai orang, apalagi jika dia beroperasi menjelang Subuh. Disangka mengambil barang orang sehingga berurusan dengan pihak berwajib menjadi pengalaman hidupnya yang tak terlupakan.

Saat itu, hasil memulung hanya bisa untuk buat makan. Itu pun katanya, kurang. Bertahun-tahun Puji hanya mampu menyediakan uang Rp2.500 untuk makannya per-minggu. “Sakit dan menderita sekali, hampir-hampir saya putus asa,” kenangnya.

Sepuluh tahun menjalani kehidupan suram, Puji mencoba untuk bangkit. Saat itu, katanya, sebenarnya dia sudah tak mampu hidup di Jakarta. Tapi mau pulang kampung, malu, tidak bisa membawa apa-apa. Puji pun mencari alternatif lain, pindah ke pinggiran kota, tepatnya di kampung Ciketing Bantar Gebang Bekasi. Waktu itu dia sama sekali tidak tahu kalau di dekat rumah yang baru dikontraknya ada tempat pembuangan sampah dari Jakarta. “Mungkin udah jodoh saya sebagai pemulung, he..he..”

Ibarat pucuk dicita ulam pun tiba, Puji langsung meneruskan karirnya sebagai pemulung. Di lokasi yang baru ini, dia mendapatkan limbah yang jauh lebih banyak ketimbang masih beroperasi di Jakarta. Puji pun semakin rajin mengais rejeki di atas tumpukan sampah yang menggunung. Tengah malam, Subuh hingga siang dan Maghrib, Puji bekerja tanpa kenal lelah mengumpulkan barang-barang bekas di antara sampah-sampah yang membusuk dengan aroma yang sangat bau dan menyengat.

Bersama isteri tercinta yang baru dinikahinya, Sulastri, mereka sama-sama berjuang untuk mendapatkan sampah di tengah persaingan yang seringkali tidak sehat diantara sesama pemulung yang mulai berdatangan dan membuat lapak tidak jauh dari lokasi pembuangan sampah. Hasil dari penjualan barang-barang limbah itu dia kumpulkan sedikit demi sedikit, dan akhirnya bisa buat modal untuk membeli barang-barang sejenis dari rekan-rekannya sesama pemulung.

Sekarang, setelah 11 tahun menekuni limbah asal Bantar Gebang, kehidupan Puji berubah drastis. Dia termasuk orang yang terkaya dan sukses di kampung Ciketing Bantar Gebang Bekasi, sekitar wilayah tempat pembuangan sambah Bantar Gebang.

Mampu menggaji sopir per hari Rp 50.000 dan 18 karyawan yang rata-rata mendapat gaji antara Rp 25.000 hingga Rp 50.000 per-hari, sedikitnya Puji mengeluarkan uang 500 ribu setiap hari operasional rutin, dan Rp100 juta per-minggu untuk beli barang.

Pria yang hobi main catur dan biliar ini mengaku, merasa bermimpi dengan apa yang diperolehnya saat ini. Di kampung, dia membeli tanah dan mendirikan rumah bak istana untuk ibunya. Puji kini sedang mempersiapkan masa depan dua anaknya: Sri Puji Lestari yang sekolah di SMA Teratai Putih dan si bontot Oktavia. Kata Puji, anak sulungnya itu bercita-cita ingin menjadi dokter. Makanya dia sudah mempersiapkan sang putri untuk bisa masuk ke fakultas kedokteran. “Berapa pun biayanya akan saya sanggupi,” tegasnya.

“Saya nggak mau anak-anak saya jadi orang bodoh seperti bapaknya. Terus terang, sampai saat ini pun mereka tidak tahu latar belakang saya yang pernah sepuluh tahun menjadi pemulung yang makan Rp2.500 per minggu. Mungkin mereka akan tahu setelah membacanya di koran ini,” ujar Puji.


Hidup itu adalah Keyakinan & Tindakan, jika anda yakin... lakukanlah...!!!

Kumpulan cerita motivasi



motivation 300x300 Kumpulan cerita motivasi

Berikut adalah kumpulan cerita motivasi yang dirangkum dari berbagai sumber, ini dia :

Ada dua orang, bapak dan anaknya melihat sebuah mobil impor yang sangat mewah. Dengan nada yang tidak pantas si anak berkata kepada ayahnya, “Orang yang duduk dalam mobil jenis ini, pastilah orang yang berpengetahuan sangat minim!”
Ayahnya lalu mejawab secara sepintas lalu, “Orang yang mengucapkan kata-kata semacam ini, dalam sakunya pasti tidak ada duit!”
Bagaimana pandangan Anda mengenai masalah ini, apakah juga mencerminkan sikap sebenarnya dalam hati Anda? masihkah kita menilai seseorang dari penampilannya saja ?
Setelah makan malam, seorang ibu dan putrinya bersama-sama mencuci mangkuk dan piring, sedangkan ayah dan putranya menonton TV di ruang tamu. Mendadak, dari arah dapur terdengar suara piring yang pecah, kemudian sunyi senyap. Si putra memandang ke arah ayahnya dan berkata, “Pasti ibu yang memecahkan piring itu.” “Bagaimana kamu tahu?” kata si Ayah. “Karena tak terdengar suara dia memarahi orang lain.”
Kita semua sudah terbiasa menggunakan standar yang berbeda melihat orang lain dan memandang diri sendiri, sehingga acapkali kita menuntut orang lain dengan serius, tetapi memperlakukan diri sendiri dengan penuh toleran.
Ada dua grup pariwisata yang pergi bertamasya ke pulau Yi Do di Jepang. Kondisi jalannya sangat buruk, sepanjang jalan terdapat banyak lubang. Salah satu pemandu berulang-ulang mengatakan keadaan jalannya persis seperti orang yang jerawatan. Sedangkan pemandu yang satunya lagi berbicara kepada para turisnya dengan nada puitis, “Yang kita lalui sekarang ini adalah jalan protokol ternama di Yi Do yang bernama jalan berdekik yang mempesona.” Walaupun keadaannya sama, namun pikiran yang berbeda akan menimbulkan sikap yang berbeda pula.
Pikiran adalah suatu hal yang sangat menakjubkan, bagaimana berpikir, keputusan berada di tangan Anda.
Murid kelas 3 SD yang sama, mereka memiliki cita-cita yang sama pula yaitu menjadi badut. Guru dari Tiongkok pasti mencela, “Tidak mempunyai cita-cita yang luhur, anak yang tidak bisa dibina!”
Sedangkan guru dari Barat akan bilang, “Semoga Anda membawakan kecerian bagi seluruh dunia!”
Kita sebagai angkatan tua, seringkali lebih banyak menuntut daripada memberi semangat serta sering membatasi definisi keberhasilan dengan arti yang sempit.
Istri sedang memasak di dapur. Suami yang berada di sampingnya mengoceh tak berkesudahan, “Pelan sedikit, hati-hati! Apinya terlalu besar. Ikannya cepat dibalik, minyaknya terlalu banyak!”
Istrinya secara spontan menjawab, “Saya mengerti bagaimana cara memasak sayur.” Suaminya dengan tenang menjawab, “Saya hanya ingin dirimu mengerti bagaimana perasaan saya … saat saya sedang mengemudikan mobil, engkau yang berada disamping mengoceh tak ada hentinya.”
Belajar memberi kelonggaran kepada orang lain itu tidaklah sulit, asalkan Anda mau dengan serius berdiri di sudut dan pandangan orang lain dalam melihat suatu masalah.
Sebuah bus yang penuh dengan muatan penumpang sedang melaju dengan cepat menelusuri jalanan yang menurun, ada seseorang yang mengejar bus ini dari belakang. Seorang penumpang menjengukkan kepala keluar jendala bus dan berkata dengan orang yang mengejar bus, “Hai kawan! Sudahlah Anda tak mungkin bisa mengejar!” “Saya harus mengejar dia” Dengan nafas tersenggal-senggal dia menjawab, “Saya adalah pengemudi dari bus ini!”
Ada sebagian orang harus berusaha keras dengan sangat serius, jika tidak demikian, maka akibatnya akan sangat tragis! Namun juga dikarenakan harus menghadapi dengan sekuat tenaga, maka kemampuan yang masih terpendam dan sifat-sifat khusus yang tidak diketahui oleh orang lain selama ini akan sepenuhnya muncul.
Sebuah gembok yang sangat kokoh tergantung di atas pintu, sebatang tongkat besi walaupun telah menghabiskan tenaga besar, masih juga tidak bisa membukanya. Kuncinya datang, badan kunci yang kurus itu memasuki lubang kunci, hanya diputar dengan ringan, ‘plak’ gembok besar itu sudah terbuka.
Hati dari setiap insan, persis seperti pintu besar yang telah terkunci, walaupun Anda menggunakan batang besi yang besar pun tak akan bisa membukanya. Hanya dengan mencurahkan perhatian, Anda baru bisa merubah diri menjadi sebuah anak kunci yang halus, masuk ke dalam sanubari orang lain.

Kisah Seorang Pemulung yang Menjadi Sukses

 Kisah Seorang Pemulung yang Menjadi Sukses


Apa pandangan anda terhadap seorang pemulung? Bagi sebagian orang menganggap rendah profesi ini. Tak jarang yang menganggap hina pekerjaan ini. Percayakah anda, ternyata ada seorang pemulung yang menjadi sukses. Sekarang ia mempunyai aset bernilai milyaran rupiah? Berikut adalah kisah sukses seorang pemulung yang menjadi milyarder.

Bapak Sunanrno namanya, ia adalah mantan pemulung yang sekarang menjadi orang kaya berkat ketekunannya menjalankan bisnis MLM Forever Young Indonesia. Dulu ia mencari nafkah dengan mengais-ngais sampah. Kini ia jadi jutawan MLM karena mensukseskan orang lain.

Jangan sekali-kali meremehkan profesi seorang pemulung. Lewat bisnis MLM nya, pemulung ini bisa jadi jutawan. Setidaknya begitulah yang dialami Sunarno. "Saya sendiri tidak membayangkan, setelah menemukan usaha ini ternyata kok lebih cepat daripada rekan-rekan yang lebih mapan dan berpendidikan," tutur pria kelahiran Solo, 5 Agustus 1961 ini. Tentunya berkat satu hal. Kerja Keras.

Prestasi yang diraihnya memang paling cepat dibanding yang lain. Hanya dalam kurun 27 bulan, ia berhasil menempati peringkat Senior Network Director, posisi tertinggi di Forever Young MLM. Jaringannya kini sudah lebih dari 100 ribu orang, tersebar di seluruh Indonesia. Seiring dengan itu, penghasilan di atas Rp15 juta per bulan, sepeda motor, mobil, rumah, dan berbagai bonus wisata ke luar negeri telah dinikmatinya.

Lantaran lahir dari keluarga miskin, Sunarno hanya bisa menamatkan SD. Lebih prihatin lagi, sejak kecil ia sudah yatim piatu. Terpaksa ikut orang ke beberapa kota, jadi kacung untuk sekedar bisa hidup. Tapi itu tidak lama dilakoni. Ketika kembali ke Solo, akhirnya ia memilih profesi pemulung. Kok jadi pemulung? "Saya bosan jadi kacung yang selalu disuruh-suruh orang. Jiwa saya ingin kebebasan," jawabnya.

Tinggal di daerah kumuh yang berjarak 500 meter dari tempat pembuangan sampah. Pekerjaannya mengais-ngais sampah, mengumpulkan barang bekas. Plastik dan kardus jadi incarannya. Setiap hari ia bersama teman-teman menanti datangnya truk sampah. Begitu mobil pembawa rejeki tiba, mereka berlarian mendekat, lalu berebut barang-barang bekas - siapa cepat, dia dapat. "Apalagi yang namanya balung (tulang sapi - red). Itu ibarat emas bagi kami. Nilainya tinggi kalau dijual," jelas ayah dua anak ini.

Ia sendiri pernah merasa amat bahagia sewaktu mendapatkan bonggol kubil (kol). Soalnya "benda berharga" itu didapatnya setelah mengalahkan beberapa saingan. Lewat "kompetisi" yang ketat ia berhasil mendapatkannya. "Hati saya bangga dan puas karena itu suatu prestasi," katanya tersenyum. Ada satu hal lagi yang membahagiakan hatinya, yaitu saat menyetel radio tatkala masih hidup di kolong jembatan."Sayangnya tak terkira, sama bahagiannya dengan orang naik Mercy atau Volvo," tambah ayah tiga anak ini.

Sinar terang perubahan hidup mulai tampak pada 1994, ketika tetangganya memperkanalkan bisnis MLM. Hampir tiap hari tetangga sebelah bercerita, walau kadang-kadang ia tidak menangkap maksudnya. Maklum cuma lulusan SD. Jangankan ngerti, untuk hafal nama MLM yang berbahasa Inggris itu saja susah banget. "Seminggu belum hafal," katanya tertawa. "Tadinya saya nggak mikirin. Tapi lantaran sering dengar dan lihat, lama-lama hafal juga."

Kuncinya Yakin

Setelah belajar dan ditempa dalam berbagai training dan seminar, dalam hatinya timbul keyakinan. Mulailah ia menjalani bisnis MLM sepenuh hati. Pagi hari, sesuai profesi, ia cari barang-barang bekas. Siangnya, setelah
mandi, pergi memprospek orang.

Di usaha apa saja pasti ada tantangan. Sunarno pun begitu. Dibilang ngeyel atau mimpi, itu masih halus. Soalnya, ada yang mencercanya bagai cicak makan tiang. Namun itu tidak mengecilkan hatinya, sebab sejak kecil ia sudah terbiasa dengan kompetisi dan tantangan. "Itulah yang mendorong saya untuk maju. Orang gagal itu biasanya engga mau menghadapi tantangan. Kalau engga siap mental, yang paling mudah dilakukan adalah berhenti," kata pria yang gemar bertani ini.

Menurut Sunarno, kunci keberhasilannya hanya satu: keyakinan. Sebab keyakinan itu seakan-akan kenyataan. Ia tumbuh dari penguasaan materi dan belajar dari orang-orang sukses. Bila ingin sukses, bergabunglah dengan orang-orang sukses, minimal ketularan. Motivasinya dalam berusahan sederhana
saja: kalau orang lain bisa, kenapa saya tidak bisa. Pasti bisa!

Lucunya, dulu karena tinggal di tempat kumuh, sebagian orang belum mau menerima ajakannya. "Kalau kamu berhasil, baru saya mau ikut," kata mereka. Namun setelah berhasil, Sunarno menagih janji. Mereka menjawab, "Lha iya, terang saja Pak Narno sekarang sudah berhasil kok." Jadi lagi-lagi saya yang disalahkan," katanya sembari tertawa kecil. "Itu soal mental. Semua itu kembali ke pribadi masing-masing."
Bila teringat kehidupan masa lalu, Sunarno masih diliputi rasa haru. Jadi ketika dapat fasilitas rumah dari MLM, Sunarno sengaja memilih di Mojosongo, daerah yang ia huni dulu agar tidak lupa pada sejarah. Tapi bila dulu orang meremehkannya, sekarang lain, "Kalau lingkungan butuh sesuatu, saya yang lebih dulu dimintai sumbangan," ujarnya.



Kesan dan Pesan

Kehidupan itu, menurut Sunarno, ibarat tiada gelombang yang indah tanpa menerjang karang. Banyak orang mendambakan hidup aman, damai, tenteranm, bahagia dan sejahtera. Hidup seperti ini ideal sekali. "Bagi saya hidup itu sederhana saja, minimal kita punya cita-cita, yaitu sukses dalam segala bidang. Tapi untuk itu diperlukan tindakan, rencana, tujuan, komitmen, keyakinan, mengenal diri, dan cinta. Itu semua merupakan mata rantai yang tak terpisahkan."

Sebelum berpisah, ia berpesan kepada rekan-rekan dalam jaringannya dan untuk semua orang pada umumnya agar tidak gampang menyerah, siap dikritik, semangat menyala-nyala, selalu berjuang, rela berkorban, dan berdoa. "Beranilah mengambil keputusan, karena keputusan itulah langkah awal sukses." 



Kesimpulan

Dari kisah hidup pak sunarno ini saya bisa mendapat pelajaran yg berharga.bahwa untuk meraih sesuatu yg kita harap kan kita harus terus berjuang untuk meraih apa yang kita ingin kan dan bahwa kita harus juga mengingat roda kehidupan itu juga berputar.

Semoga bermanfaat.
Salam sukses. 

Kisah Inspiratif; “Anak Pemulung Jadi Dokter Spesialis Kanker”


Delapan belas tahun lalu adalah hari terberat yang pernah ada dalam hidup Anjali. Seorang anak gadis yang hidup dalam kemiskinan, tinggal di bantaran kali dengan rumah terbuat dari kardus harus rela melepaskan kepergian sang Ibu tercinta. Ia sangat mencintai Ibunya lebih dari apa pun, tak pernah sepatah kata pun ia membantah perintah Ibunya, baginya Ibu adalah jantung kehidupannya. Ibunya pun sangat mencintai nya lebih dari apa pun, terbukti dengan bagaimana Ibu Anjali berusaha, bekerja siang malam mengelilingi kota memulung sampah, botol, dan kardus-kardus bekas yang akan di jual demi sesuap nasi dan menyekolahkan Anjali. Anjali merasa sangat berdosa besar jika harus melawan orang tua apalagi menyakiti hati Ibu yang telah melahirkan dan membesarkannya dengan segala keterbatasan. Karena itu Ia berjanji pada dirinya tidakan pernah sedikit pun berani melawan dan menyakiti Ibunya yang sudah tua dan bungkuk.
Anjali tidak pernah malu jika sang Ibu mengantarnya ke sekolah dengan pakaian lusuh, kusut dan penuh tambalan, bahkan dengan penuh kebanggaan terlihat dari wajahnya karena ia masih memiliki seorang Ibu yang sangat mencintainya sejak ia menghirup udara dunia, walau Ayahnya telah pergi meninggalkannya ketika ia masih berumur dua tahun akibat kecelakaan. Demi membahagiakan Ibunya ia belajar sungguh-sungguh, ia pun selalu menjadi juara kelas bahkan sesekali juara umum. Baginya mungkin hanya dengan prestasi sekolah yang bisa membahagiakan Ibunya, hanya itu yang bisa ia berikan kepada sang Ibu, karena dengan itu juga ia sedikit mendapat keringanan dalam biaya sekolah. Kadang jika Ibunya sakit ia pergi keliling kota, memulung mencari botol dan kardus bekas di tempat pembuangan sampah, bahkan tak jarang ia terjerembab ke dalam tumpukan sampah karena tubuhnya SD nya yang masih kecil.
Sehabis sekolah menjaga sebuah toko sebagai uang tambahan membeli buku sekolah atau buku yang sangat ia inginkan. Baginya dengan berusaha dan bekerja keraslah keinginannya akan terwujud. Ia sangat beruntung memiliki orang tua yang peduli akan pendidikan anaknya, ia kadang sering menangis sendiri dalam malam gelap gulita sebelum azan subuh, ia selalu terpikirkan dengan anak-anak yang senasib dengannya yang hidup jauh di bawah garis kemiskinan namun hanya ia yang mampu sekolah. Ia pun kadang menyempatkan waktu mengajarkan kawan-kawan sekitar rumahnya pelajaran matematika tanpa dibayar sesen pun, dengan begitu ilmunya semakin melekat, berkah dan bermanfaat. Semua pernak-pernik hidupnya berjalan seperti biasa hingga suatu yang paling ia takutkan menimpanya.
Ya, sesuatu yang sangat ia takutkan adalah kehilangan satu-satunya orang tua yang sangat ia cintai, yang sangat ia sayangi. Baginya musibah terbesar dalam hidupnya adalah harus kehilangan Ibu di usianya yang masih muda, di saat ia akan menamatkan SD. Ia ingin sekali ibunya melihat ia menjadi siswa terbaik se-provinsi dengan nilai yang tinggi dan masuk sekolah menengah pertama favorit di Jakarta, karena pemda Jakarta memberikan bea siswa penuh bagi 10 orang yang mampu mendapat nilai penuh dalam UN, yaitu semua nilai 10. Dan itu tinggal menunggu beberapa hari lagi setelah pengumuman kelulusan Sekolah Dasar. Namun takdir berkata lain, seakan-akan menantang harapan serta keinginannya itu, yang bahkan berusaha menyurutkan dan menghancurkan semangat gadis kecil itu untuk sekolah dan melanjutkan ke SMP favorit. Karena satu-satunya alasan semala ini ia belajar sungguh-sungguh hanyalah untuk menyenangkan hati Ibunya sebagai balasan atas jasa-jasa Ibunya yang membanting tulang, berpeluh keringat, terbakar terik siang dan bungkuk akibat memulung dan membawa barang berat.
Ibunya meninggal bukanlah karena kecelakaan, serangan jantung atau kelaparan. Ibunya ternyata selama ini menyimpan rahasia pada Anjali. Ibunya selama ini menderita penyakit kanker serviks (kanker rahim) yang harapan untuk dapat disembuhkan sangat kecil bahkan bisa dikatakan mustahil karena 98% penderita penyakit ini berakhir dengan kematian. Ia mengetahui itu dari pembicaraan rahasia Ibu-ibu tetangganya bahwa Ibunya terkena penyakit kanker ketika ada tes kesehatan pos kesehatan keliling dari pemda Jakarta. Ia terpukul karena rumah sakit di daerahnya belum memiliki pengobatan yang canggih untuk mengobati penyakit yang mamatikan ini, walau pun sebenarnya bisa dikirim ke rumah sakit yang lebih besar jika ada uang. Dan lebih terpukul lagi karena ia sadar, ia bukanlah orang kaya yang bisa membayar segala macam pengobatan, ia juga sadar apalah arti nyawa seorang pemulung di mata para dokter dan pemerintah, hanya menghabiskan tenaga dan waktu serta uang pemerintah.
Gadis kecil ini menangis sejadi-jadinya di tengah malam setelah Ibunya dikuburkan di pemakaman orang-orang miskin yang sekedarnya. Ia limpahkan semua isi hati dan pikirannya pada Ilahi. Ia yang dulunya belajar dan sekolah semata untuk membahagiakan Ibunya, kini berubah akan belajar dan bekerja mati-matian demi meraih cita-citanya, yaitu menjadi seorang dokter oncologi, dokter ahli special kanker. Apa pun yang terjadi dia akan berusaha mati-matian demi menjadi dokter spesialis kanker yang akan menyembuhkan seluruh macam penyakit kanker dengan segala kemungkinan yang ada. Dan tidak hanya itu, ia pun berjanji akan menolong sukarela siapa pun orang yang terkena penyakit kanker, apakah mereka orang kaya atau miskin.
Janji-janji yang ia buat, yang ia sampaikan di tengah malam pada Tuhan pada umur 12 tahun kini terpenuhi. Anjali dulu gadis kecil yang miskin dan kumuh kini sudah menjadi gadis dewasa yang cantik, baik dan kaya raya namun sederhana. Ia telah mewujudkan cita-citanya atas izin Tuhan melewati ujian-ujian besar dalam hidupnya. Baginya pendidikan tidak hanya diperuntukkan orang kaya, siapa pun boleh bercita-cita. Di umurnya yang masih muda (27) Ia menjadi dokter spesialis kanker ternama di rumah sakit terbesar di Jakarta dan menjadi dosen tetap di Universitas terkenal di jakarta. Ia membangun yayasan sosial untuk anak-anak miskin dann terlantar. Dengan kerendahan hati, ia bersama teman-teman dan bawahannya melakukan pos kesehatan keliling gratis ke daerah-daerah yang kehidupannya sangat memprihatinkan. Ia mampu menyelesaikan sarjana kedokterannya di Universitas terkenal dan ternama di Jerman, bahkan menjadi wisudawan terbaik dan banyak rumah sakit besar di Jerman dan menawarkan dirinya. Tapi ia lebih memilih tanah air yang telah membesarkannya, tempat ia dibesarkan bersama Ibunda tercinta, tempat dimana banyak nyawa orang miskin yang terancam kematian tanpa pengobatan. ::The End::

BEYONCE

Free Music Online
Free Music Online

free music at divine-music.info